Limbah Cair Industri Kelapa Sawit

Limbah Cair Industri Kelapa Sawit

Dampak terhadap Ekosistem

Jika air limbah dengan TSS tinggi dibuang langsung ke lingkungan tanpa pengolahan yang memadai, partikel padat tersebut dapat mencemari sungai atau danau. Hal ini dapat merusak habitat akuatik, mengurangi oksigen terlarut, dan menyebabkan penurunan kualitas air secara keseluruhan.

Cara Pengolahan Limbah Cair Kelapa Sawit

Teknologi Reverse Osmosis (RO) dapat digunakan dalam pengolahan limbah cair kelapa sawit. Namun, sebelum proses RO dilakukan, limbah cair tersebut harus melalui beberapa tahapan awal untuk memperoleh kualitas yang memadai. Tahapan-tahapan tersebut meliputi proses aerobik, anaerobik, clarifier, dan lain sebagainya. Tujuannya adalah untuk menghilangkan sejumlah besar kontaminan dan mengendalikan konsentrasi zat-zat terlarut sebelum airnya diolah menggunakan RO.

Proses RO pada limbah cair kelapa sawit bertujuan untuk menghasilkan air yang dapat digunakan kembali, dalam konsep yang disebut sebagai “reuse” air. Air yang telah melalui tahap RO tersebut dapat digunakan kembali untuk keperluan toilet, irigasi, atau aplikasi lainnya.

Namun, perlu dicatat bahwa sistem ini jarang digunakan dalam industri kelapa sawit. Lebih sering, penggunaan sistem RO untuk air “reuse” terjadi di apartemen, hotel, mall, dan tempat-tempat lain yang memiliki kebutuhan air tinggi, tetapi pembelian air PDAM terlalu mahal.

Penggunaan teknologi RO dalam pengolahan limbah cair kelapa sawit atau dalam konsep “reuse” air merupakan solusi yang berkelanjutan dan dapat membantu mengurangi konsumsi air bersih serta mengoptimalkan penggunaan sumber daya air.

FLOWREXMultiplate Screw Press

Hubungi tim kami untuk konsultasi lebih lanjut terkait pengolahan limbah cair palm oil

WhatsApp: +62823-4811-4479

Indonesia merupakan negara dengan industri kelapa sawit terbesar di dunia. Limbah cair pabrik kelapa sawit adalah limbah cair yang berminyak dan tidak beracun, hasil pengolahan minyak sawit. Meski tak beracun, limbah cair tersebut dapat menyebabkan bencana lingkungan karena dibuang di kolam terbuka dan melepaskan sejumlah besar gas metana dan gas berbahaya lainnya yang menyebabkan emisi gas rumah kaca. Digestasi anaerobik merupakan proses konversi senyawa organik menjadi biogas dengan kondisi tanpa oksigen melalui empat tahapan. Limbah cair pabrik kelapa sawit (POME) berasal dari proses produksi minyak mentah kelapa sawit atau biasanya disebut crude palm oil (CPO). Kandungan yang terdapat didalam limbah cair pabrik kelapa sawit ialah 95 % air dan 4 – 5 % padatan total. Dari data penelitian yang telah ada untuk melihat hasil bio gas yang di dapat dari kolam limbah tertutup dan (CSTR) Continuous stirred tank reactor dan pendapatan pabrik setelah menjual listrik yang di hasilkan dari bio gas limbah cair kepada pihak PLN.

Limbah cair industri adalah buangan hasil proses/sisa dari suatu kegiatan/usaha industri yang berwujud cair dimana kehadirannya pada suatu saat dan tempat tidak dikehendaki lingkungannya. Karakteristik dari limbah cair di bagi menjadi 3, yaitu karakteristik limbah cair fisik, kimia dan biologis.

a. Total Solid (TS) merupakan padatan didalam air yang terdiri dari bahan organik maupun anorganik yang larut, mengendap, atau tersuspensi dalam air.

b. Total Suspended Solid (TSS) merupakan total padatan tersuspensi di dalam air

c. Warna , pada dasarnya air bersih tidak berwarna, tetapi seiring dengan waktu dan meningkatnya kondisi anaerob, warna limbah berubah dari yang abu– abu menjadi kehitaman.

d. Kekeruhan disebabkan karena ada partikel koloid yang terdiri dari kwartz, tanah liat, sisa bahan-bahan industri, protein dan ganggang yang terdapat dalam limbah.

e. Temperatur merupakan parameter yang sangat penting dikarenakan efeknya terhadap reaksi kimia, laju reaksi, kehidupan organisme air dan penggunaan air selanjutnya untuk berbagai aktivitas sehari – hari.

f.  Bau merupakan parameter yang subjektif. Sifat bau limbah disebabkan karena zat-zat organik yang telah terurai dalam limbah dan mengeluarkan gas-gas seperti Sulfida dan Amoniak.

2. Karateristik Kimia

a. BOD  (Biochemical Oxygen Demand) adalah banyaknya oksigen dalam ppm atau mg/l yang dipergunakan untuk menguraikan bahan organik oleh mikroorganisme. (secara biokimiawi). Pada pengujian sampel BOD perlu dilakukan inkubasi  minimal 5 hari.

b. Chemical Oxygen Demand (COD) adalah banyaknya oksigen dalam ppm atau mg/l yang dibutuhkan untuk menguraikan bahan organik secara kimiawi. Metode analisa ini lebih singkat waktunya dibandingkan dengan analisa BOD. Pengukuran COD dilakukan dengan cara memanaskan sampel di dalam  reaktor khusus COD selama 2 jam.

c. Dissolved Oxygen (DO) adalah kadar oksigen terlarut. Oksigen terlarut digunakan sebagai derajat pengotoran limbah yang ada. Semakin besar oksigen terlarut, maka derajat pengotoran semakin kecil

d. Ammonia (NH3) adalah penyebab iritasi dan korosi, meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme dan mengganggu proses desinfeksi dengan chlor (Soemirat, 1994). Ammonia terdapat dalam larutan berupa senyawa ion ammonium atau ammonia. tergantung pada pH larutan

e. Derajat keasaman (pH) dapat mempengaruhi kehidupan biologi dalam air. Bila terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat mematikan kehidupan mikroorganisme. Ph normal untuk kehidupan air adalah 6– 8.

f. Logam Berat,  bila konsentrasinya berlebih dapat bersifat toksik sehingga diperlukan pengukuran dan pengolahan limbah yang mengandung logam berat.

g. Gas Methan,  terbentuk akibat penguraian zat-zat organik dalam kondisi anaerob pada air limbah. Gas ini dihasilkan lumpur yang membusuk pada dasar kolam, tidak berdebu, tidak berwarna dan mudah terbakar

h. Lemak dan minyak , yang terdapat dalam limbah bersumber dari industri yang mengolah bahan baku mengandung minyak bersumber dari proses klasifikasi dan proses perebusan. Limbah ini membuat lapisan pada permukaan air sehingga membentuk selaput

3. Karakteristik Biologi

Karakteristik biologi digunakan untuk mengukur kualitas air terutama air yang dikonsumsi sebagai air minum dan air bersih. Parameter yang biasa digunakan adalah banyaknya mikroorganisme yang terkandung dalam air limbah.

a. Virus menyebabkan penyakit polio myelitis dan hepatitis. Secara pasti modus penularannya masih belum diketahui dan banyak terdapat pada air hasil pengolahan (effluent) pengolahan air.

b. Vibrio Cholera menyebabkan penyakit kolera asiatika dengan penyebaran melalui air limbah yang telah tercemar oleh kotoran manusia yang mengandung vibrio cholera.

c. Salmonella Spp dapat menyebabkan keracunan makanan dan jenis bakteri banyak terdapat pada air hasil pengolahan limbah.

d. Shigella Spp adalah penyebab disentri bacsillair dan banyak terdapat pada air yang tercemar. Adapun cara penularannya adalah melalui kontak langsung dengan kotoran manusia maupun perantaraan makanan, lalat dan tanah.

e. Basillus Antraksis adalah penyebab penyakit antrhak, terdapat pada air limbah dan sporanya tahan terhadap pengolahan.

f. Mycobacterium Tuberculosa adalah penyebab penyakit tuberculosis dan terutama terdapat pada air limbah yang berasal dari sanatorium.

Sedangkan untuk pengolahan limbah cair industri itu sendiri dapat dilakukan menjadi 3 tahap, yaitu :

Pengolahan secara fisika dilakukan pada limbah cair dengan kandungan bahan limbah yang dapat dipisahkan secara mekanis langsung tanpa penambahan bahan kimia atau tanpa melalui penghancuran secara biologis

Pengolahan secara kimia merupakan proses pengolahan limbah dimana penguraian atau pemisahan bahan yang tidak diinginkan berlangsung dengan adanya mekanisme reaksi kimia (penambahan bahan kimia ke dalam proses)

3. Pengolahan biologis

Pengolahan secara biologi merupakan sistem pengolahan yang didasarkan pada aktivitas mikroorganisme dalam kondisi aerobik atau anaerobik ataupun penggunaan organisme air untuk mengabsorbsi senyawa kimia dalam limbah cair.

%PDF-1.3 %âãÏÓ 1 0 obj << /Creator (Canon ) /CreationDate (D:20121127084908+07'00') /Producer ( ) >> endobj 2 0 obj << /Pages 3 0 R /Type /Catalog >> endobj 4 0 obj << /Type /XObject /Subtype /Image /Name /Obj4 /Width 2720 /Height 3938 /BitsPerComponent 8 /ColorSpace /DeviceRGB /Filter /DCTDecode /Length 1015151 >> stream ÿØÿà JFIF �� ÿÛ „ $.' ",#(7),01444'9=82<.342 2!!22222222222222222222222222222222222222222222222222ÿÄ¢ } !1AQa"q2�‘¡#B±ÁRÑð$3br‚ %&'()*456789:CDEFGHIJSTUVWXYZcdefghijstuvwxyzƒ„…†‡ˆ‰Š’“”•–—˜™š¢£¤¥¦§¨©ª²³´µ¶·¸¹ºÂÃÄÅÆÇÈÉÊÒÓÔÕÖ×ØÙÚáâãäåæçèéêñòóôõö÷øùú w !1AQaq"2�B‘¡±Á #3RðbrÑ $4á%ñ&'()*56789:CDEFGHIJSTUVWXYZcdefghijstuvwxyz‚ƒ„…†‡ˆ‰Š’“”•–—˜™š¢£¤¥¦§¨©ª²³´µ¶·¸¹ºÂÃÄÅÆÇÈÉÊÒÓÔÕÖ×ØÙÚâãäåæçèéêòóôõö÷øùúÿÀ b  ! ÿÚ ? ùþŠ`PÑZ=„/­ §ö€SÖ“µ)-@;ÑRÆ% S°GcUÔhìjúJ;žƒ¥©[P )5¨z1CZ€bŒPЊNÔÚ  N ɤРÈÈØ`Aô¤¢À)V §¡ÇZLqM  1H¬eƒœ¨ÉúS0qšoP°¸<õ£Ò“Ü=(Úyâ› ‰À>˜§yˆÈ‰ÈöSC†EûÈÃê1LÁÜS[……ÚNH­7PÖ¢iô£iô4šm4m r Ô Ži1CZ€»Nzw–ÇøM¡aÞDœ|�ùRd

%PDF-1.5 %µµµµ 1 0 obj <> endobj 2 0 obj <> endobj 3 0 obj <>/ProcSet[/PDF/Text/ImageB/ImageC/ImageI] >>/MediaBox[ 0 0 595.4 841.8] /Contents 4 0 R/Group<>/Tabs/S>> endobj 4 0 obj <> stream xœ­[Ýsܶ׌þ>ò2E üì›�ÖM]7qku:»ºœ¤S)Ý].b3ùï‹Åâ› zœŒ-Xìço ¹|{{yqóŽd„d·—$+ùÿ$«Ëªhë¬&ECëìöåò¢Ìá¯?_^|ÎÙæ?ÙíûË‹?ñÅoo­U¤,˜³êsžEh aEÅ2Ö4J{óŽf„:ŠÑŠe—µU]´­\ö—M#þÙ-üøqSçï7פÉßðý“ÿyÃ+Åxöqs�cŸ8å-NüuC§ ëɺ²h™+pÁ¦–‘¢�ÑÞ¼c¾Mjé _6q…\Öô­YFRDµcUQÕ.}”¶ê'´ž6×”ä/îÙ톲ünÏ}˜ OÞƒoŸ7×U~'O‚(OßýÆ׶ùL¾FdÒ†U7¯_È{RÕ¶)ÚN#‚‹?ìÆ_¹èW�y~ݸ®UŸŽžu~ºåqˆÁß8D¤¶ü/>É(NìµY½·†g¨\*X�ÈKð>lH›G´ü}Ã.;g>-N½ ­0â F÷‚¸®Bƒ—â1òÚ‰¥[TÎ"¹©ë¢WÙù3¬K…˜3çM;–ï€Ï�åR%FÌÓü¿Âj zÑÚiÿ Áæî• bê|%™�tÚ ­úuæà ¿±¼ï¹éÔõ@Ì[UÉóÎóÖú¢lB9HÑbà�¶ƒJí«”x± 0j°ÒOBÔùø?î1ðuWtµË#*¯©ŠÆ£Ý�Ú †VÜkå­p™Ø3ùÛ3Э§8‚Šêi.§Ð…[L¡A÷nJž´––á|‡Ù/b—Ã{åÇýñJѲì¿l Te>:¤*jå­7P†'c§Ü÷Pc fªðÔÞøgp1�D³îãó¾÷,Öƒ62É8íÁâ8zÉÅ ·zåXàȺà=Ý0,eMÙ8Ṁ)4s<ßäVŠåäΦŽÀÂ`÷EîR‚0fØù}©vテÈQ‘¼ºÜ§8µeQNýݵ °5ã)û’ó Žå6´Ë�B‰Á$Ïž/”ç‹:7(¬ðÝZñ‹ø¹ uU1¦7Ê“rèx~„„ÄßJH6 _öj õã£F^fÅòg]:_t4$&&µhÞ�5-j&•Õ¼N^¨³Áʇ:joÂ2çD5‘%Ðì‚ Õj³3;“ðR"âCT¿dXIð¬A…öv­Ú�¬£U@¼Ú’PpD`ø”ís¥×9© ðÃwKm€èbGš Óù°ët�¦�=dñº’«ìiS|1-‡ÑKO½'º�–yU¨q¶žÉ¶Ãç宓‰\3Yt×.}ÂÄTH8IÔ„À‘Ýø¬—ºEKÅÉvó y �7*pòxÛlÃ[�ÙŒx³# Ò›õÙ­Vgk¶þŒ±C¿r0ÏX%nK rˆ¼Xµ]Q+0:ºéÝQÜØTÉ`öaS…"ò½‰�ÊÝúP$Ä„�žŸb¡Øé¸'8öÙ´¿pR~ÚéøÙ\\ñK[Sð{>wK—�ï//þõ]v0dÉh„Ì=¥28yVü Ê”dméùNWio#<[Êýý«S~ȧ­+8s¹"cZ‘¢lŒá-è;5\�uF~ˆÌ‘ßq_»âuÐð^#·5ßе‚å O°“5]Ñš WeAYÀNAfü$s.S\<Ç”#ÿ½xN3ʤ٧|SW˪8M,Ø*})¸´uA4\Ê¢*ùqFpøθ‰p–©ªÎ°jC¬”)ŠëùªóY±tô‰¬d¬š¢'6Øù�`:a”ÎÉGZMUõp]ÖO ?ço¡*ÿ$÷Çhò¥‹©j‘ö1³)¨ÌÕ�÷ÍU“z„éÜS(¿_ÔÐþ î;±,L–ÄH”4›‹Ò`|ß`+T#Bç>Û`¸À׃Ç�£,š‚éXpý xsš:„ö­”çב6 –z¿)�TÌk¿€ ‘) Sªª3¬Ú+]%+U@|*, ’•* .‘U@-˜) UÑ„Ë�E¨BŃÕEk{ïûŸøί©ÜeÍð¹Ï–e &èÄ@ ©Bˆê­z¥â½¹à••©�Âñ¸aùM¼^¬ÄHû·/h¶nH«%â'V+,¡2AªPÍðϟ˺Tî²`øÜãõ"•±¬>ãêÛ¨-KEUº‘³˜n@¶"ÝÄÏRAŸŸwæ4)ï­·æm^çñ5š›©ªô¼ÒtSUfsSyc!7¥ ës“»§_“›ëÉÜôÍ榴z)7Q™„ì¡‚Üw<í¢ Oå\‰wÆi!U ç•‚$ ÈV ¼lÜÚ7pþC

%PDF-1.7 %âãÏÓ 1 0 obj <> endobj 2 0 obj <> endobj 4 0 obj <> endobj 5 0 obj <> stream xµ[[oÜÆ}ç¯`“¥–2ºÜÞiA b5rí:\išØȃ�(�‡Àÿè7—sfÈ¡´‘ +“3ßå|÷áä·ü}þ[~¾û¢óÏ_reÿûòY©ªnÝ¿ÍzÌûZWS�þ5õ�·½}'?Í4TJ)�uŸ=üšŸê\çÿÉË?]çÿË¿{°,¶ÒÓµ®«ºÏOu3, ~,÷Qlºª�V)î‘*Ÿê¶©÷+­puþð9ïðò3NM5Mµ\GOYзpß®~ 8µ¢½×(^í¡§UkEL%ü9/?–‡ëü$¶ÎËüí„¿:üÁ'\tU\gv׈i¡�%—umü27>åo/øVæ|5@¡»®©†n4¢çÎWî(zt„zRz"áEßOèµMSi5vyJo‹éSzbú~�Þ.}Û±øT“Ê'¦¯¾ñÆyÿ,wó]éëÌYó˾÷˯`Ô[ÿà/þ÷æ_Ø}sEg¸ùÑ=ÌJÐy·É|ÞŠ|Aõu¥'mtYÚlz½jªqèI•H £\Á¦‡&¯½r&•YW®ý¯ÆÂýÔ(]õyù5@û;Ðfƒßmºß„Gâ+S]W£ê'#¿÷e­¨ÀŸ=Ÿ£ÿ-Ä¿­ø¢�‹[Ñ"Q¦šú¾Äü¾ä®QPWHlïĺÑm¥j�}Åÿ€|Àò;¯Áß¼ŽD~ôr ªƒXÆ©xÆÖ"Úð5èð69D«ÎG>6_yrX‡}¤ôõ³àÑŒÎÉ-8  Ÿùçt(À[4ÊNZëj”@æÃ[£� ù¹;ypï#µˆsüÞÑ�ò2¼/ œ»ü³²Áî$r H$l ª(ïùXx#d%8€¦5¨QTz(šcÁ]4Êr‹7R¶©½Y1Ò©|˜ÁJ™Ä»/y�+Ñõ…QRz™t)À³^×NYlu F(;l ¥†º¾ƒŽ9²\‹c±34õ8UcS‹ðƒÏ¶^íòfC¥LC½V}ÕJ¦JèI¶…²P‡ŽI½ ÏÂÕ lH‡óAcÙDˆH8ª7²hC²Jò­ê¦R£´¥‰#äåd¨B¸B-±¡ËGÅmA¶I‘àÈœqÒ}Z¶è~ÌmÔß@Ó×CÕÆ¬à„”0AvüÛœß4$?,óEÑ9 _N°èQ{CŠHFIº.�³¤„±ô°4ÞÎÕ�ɦÌÇ!!wxʱÖàR4¯QVB)�\*1f­š¾¥½M�i2ÞÅ~t…`§¤á[£'à<Ÿ^ð¶zX¤ Û�´‹Ûcâ ÄQxKªîX©²Òf³=��íT }+³á`Òq&Ó+ÒqÈ#+Æ?Ã|L¨°�oD&Š)†mÅ-› lŒ�Ä©÷(d%½‰²�:‘mÄE3Eƒ€!uðCƒ3Â@‘,(´QîSvqK<*x@#g nÀ39.¸…PFLä,Õ”81ìñÀŠ»ˆxš$?±s°ágž6*¢-]+ŽÆÝ,�¿¼ýñõ›}¡©u?T£—œDïEúÏ%­eS«Hi×ýìŒy#ª#ó¶Ï醜Éï3%�˜ &=ºVÐ – rðH:¯mª]Bž¹”Å9¡/"9¯CãÐ{¢=x_§Òü“ðEdš–Jf¡rÞÄ;ñ¡*D#»§ÒqZ{ÜZ™•¾˜ûtæž%Ðá°¦½ð€©IZzG#ä1mr²LÃËõþÛ‘�r& ;P‚

Industri minyak kelapa sawit merupakan salah satu usaha hasil pertanian yang terpenting di Indonesia. Industri kelapa sawit menghasilkan limbah berupa Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS), Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS), dan padatan organik yang berasal dari hasil proses pengolahan tandan buah segar (TBS). Limbah cair dari industri kelapa sawit yang tidak diolah dengan tepat akan menyebabkan timbulnya bau tak sedap pada badan air karena tingginya kandungan bahan organik, minyak dan lemak, dan padatan total tersuspensi. Penelitian ini bertujuan merancang unit pengolahan limbah cair industri minyak kelapa sawit agar sesuai baku mutu Permen LHK RI No 5 Tahun 2014. Karakteristik air limbah kelapa sawit adalah pH 4,2, minyak dan lemak 4.000 mg/L, BOD 278 mg/L, COD 620 mg/L, TSS 18 mg/L, dan Total Nitrogen 750 mg/L. Pengolahan air limbah dapat dilakukan menggunakan teknologi secara fisik, kimia maupun biologis. Unit pengolahan dari industri kelapa sawit terdiri atas sumur pengumpul dan bar screen, grit chamber vortex, grease trap, dissolved air flotation (DAF), netralisasi, koagulasi, flokulasi, bak ekualisasi, sequencing batch reactor (SBR), desinfeksi, sludge drying bed (SDB). Perhitungan neraca massa dari pengolahan di setiap unit menjadi faktor penting agar dapat mengetahui aliran massa semua beban pencemar  yang masuk dan keluar tiap unit pengolahan.

Abdul Fatah Ismail, Universitas Jember

Program Studi S1 Teknik Lingkungan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Jember

Jl.Kalimantan 37, Sumbersari Jember 68121

Yeny Dhokhikah, Universitas Jember

Program Studi S1 Teknik Lingkungan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Jember

Jl.Kalimantan 37, Sumbersari Jember 68121

Tafany Salsabila Eka Pramudita

Program Studi S1 Teknik Lingkungan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Jember

Jl.Kalimantan 37, Sumbersari Jember 68121

Ana Surya Aniska, Universitas Jember

Program Studi S1 Teknik Lingkungan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Jember

Jl.Kalimantan 37, Sumbersari Jember 68121

Heryadi, H., Agribisnis, P. S., & Fmipa-ut, J. B. (2013). Pupuk Organik Cair Dan Potensinya Dalam Meningkatkan Produksi Tanaman Cabai ( Capsicum Annum ). 14(Maret).

Indriyani, Y. H. (2005). Pengaruh Rasio Penggunaan Limbah Ternak dan Hijauan terhadap Kualitas Pupuk Cair. Pangan Kanisius. Yogyakarta

Kurniawan, E., Ginting, Z., & Nurjannah, P. (2017). Pemanfaatan Urine Kambing Pada Pembuatan Pupuk Organik Cair Terhadap Kualitas Unsur Hara Makro (NPK). Seminar Nasional Sains Dan Teknologi, 23, 1–10. jurnal.

Leni Maulinda. (2013). Pengolahan Awal Limbah Cair Pabrik Minyak Kelapa Sawit Secara Fisika. Jurnal Teknologi Kimia Unimal, 2(November), 16–30.

Lubis, Fristyana Sosanty, dkk. (2014). Kajian Awal Pembuatan Pupuk Cair Organik Dari Effluent Pengolahan Lanjut Limbah Cair Kelapa Sawit (LCPKS) Skala Pilot. Jurnal Teknik Kimia USU, vol. 3, No. 1

Meriatna, M., Suryati, S., & Fahri, A. (2018). Pengaruh Waktu Fermentasi dan Volume Bio Aktivator EM4 (Effective Microorganisme) pada Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) dari Limbah Buah-Buahan. Jurnal Teknologi Kimia Unimal, 7(1), 13. https://doi.org/10.29103/jtku.v7i1.1172

Nur, T., Noor, A. R., & Elma, M. (2016). Pembuatan Pupuk Organik Cair Dari Sampah Organik Rumah Tangga Dengan Penambahan Bioaktivator EM4 (Effective Microorganisms). Konversi, 5(2), 44–51. https://doi.org/10.20527/k.v5i2.4766

Nursanti, I. (2013). Karakteristik Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit pada Proses Pengolahan Anaerob dan Aerob. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 13(4), 67–73.

Rahardjo, P. N. (2006). Teknologi Pengelolaan Limbah Cair Yang Ideal Untuk Pabrik Kelapa Sawit. Jurnal Air Indonesia, 2(1), 66–71. https://doi.org/10.29122/jai.v2i1.2291

Rahmasita, dkk. (2017). Analisa Morfologi Serat Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai Bahan Penguat Komposit Absorpsi Suara. Jurnal Teknik Its Vol. 6, No. 2

Ahmad, A., Tjandra, S., Mindriany, S., dan Oei, B.L. 1999. Bioreaktor Berpenyekat Anaerob Untuk Pengolahan Limbah Cair Industri Yang Mengandung Minyak dan Lemak. Prosiding Seminar Teknik Kimia Soehadi Reksowardojo. ITB, Bandung.

Ahmad, A. 2001. Biodegradasi Limbah Cair Industri Minyak Sawit Dalam Sistem Bioreaktor Anaerob. Disertasi. ITB, Bandung.

Ahmad, A, 2004. Teknologi Bioproses Dalam Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit. Seminar TOPI. ITB, Bandung.

Ahmad, A. 2009. Dasar-dasar Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri. Unri Press, Pekanbaru.

Anonim. 2006. Pedoman Pengelolaan Limbah Industri Kelapa Sawit. Subdit Pengelolaan Lingkungan Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP. Departemen Pertanian, Jakarta.

Anonim, 2009. Laporan Market Intelligence Industri Palm Oil Di Indonesia November 2009. http://www.datacon.co.id/CPO1-2009Sawit.html. Akses 24 Februari 2009.

APHA, AWWA & WPCF. 1992. Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater. American Public Health Association, Washington DC.

Chin, K.K. 1981. Anaerobic Treatment Kinetics of Palm Oil Sludge. Water Res., 15, 199-202.

Eckenfelder, W.W dan Musterman, J.L. 1995. Activated Sludge Treatment of Industrial Wastewater Treatment. Technomic Pub. Co. Inc. Pennsylvania.

Firmansyah, A dan Saputra, A. 2001. Pengolahan Limbah Industri Minyak Kelapa Sawit Dengan Bioreaktor Membran Anaerob. Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri. ITB, Bandung.

Fithri, R. 2009. Pengelolaan Limbah Pabrik Kelapa Sawit Di Kabupaten Kampar. Tesis. UNRI, Riau.

Ghosh, S dan Klash, D.L. 1978. Two Phase Anaerobic Digestion, Process Biochemestry. April.

Grady, Jr, C.P.L dan Lim, H.C. 1980. Biological Wastewater Treatment, Theory and Ahallication. Marcel Dekker, Inc, New York.

Ginting, P. 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri. Yrama Widya, Bandung.

Hartono. 2004. Statistik Untuk Penelitian. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Isroi, 2008. Limbah Pabrik Kelapa Sawit. www.isroi.wordpress.com. Akses 13 Juni 2009.

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup. Kep – 51 / MENLH/ 10/ 1995. Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri.

Latif, S.Y.B. 2008. Dampak pemanfaatan Limbah Cair Kelapa Sawit Terhadap Kandungan Bahan Organik dan Nitrogen Dalam Tanah. Tesis. UNRI, Riau.

Loebis, B dan Tobing, P.L. 1988. Hasil Sigi Pengendalian Air Limbah Pabrik Minyak Kelapa Sawit. Seminar Nasional Pengendalian Limbah Pabrik Minyak Kelapa Sawit dan Karet. Medan.

Malia, F. 2009. Peranan Mikroorganisme Tersuspensi dan Terlekat di Fase Terlekat pada Bioreaktor Hibrid Upflow Anaerob Menggunakan Media Bambu untuk Biodegradasi Molase dengan Pengaruh Pembebanan Organik dan Waktu Detensi. http://www.itb.ac.id. Kategori Tesis/Skripsi, 23 November 2009.

Manik, K.E.S. 2007. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Edisi Revisi Terbaru 2007. Djambatan, Jakarta.

Ng, W.J.K Wong dan Chin, K.K. 1985. Two Phase Anaerobic Treatment Kinetics of Palm Oil Waste. Wat. Res 19 (5).

Nugrahini, P. 2008. Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II, http://www.che.itb.ac.id/sntki2009/daftar/prosiding/TPL05.pdf, Akses, 29 November 2009.

Rahmayetty. 2003. Pengolahan Limbah Cair Industri Minyak Kelapa Sawit dengan Kombinasi Proses Anaerob Dua Fasa dan Membran. Tesis Magister Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Sinaga, L. 1992. Perubahan Koalitas Air Limbah Pabrik Kelapa Sawit Selama Proses Pengolahan Dalam Kolam Pengendalian.

Soehadi Reksowardojo 1999: Menuju Perwujudan Industri Proses Dengan Produksi Bersih. Litbang UPPT – PT. Pupuk Kalimantan Timur. ITB, 19 – 20 Oktober 1999.

Southworth, A. 1979. Palm Oil Factory Effluent Treatment by Anaerobic Digestion in Langoons. Proc. 35th ind. Waste Conf. Purdue University. Purdue.

Speece, R.E. 1996. Anaerobic Biotechnology for Industrial Wastewater. Tennessee, USA.

Suharno, 2009. Pelepah Sawit Sebagai Pakan Ternak Alternatif. www.disnak.jambiprov.go.id/content.php. Akses 13 Juni 2009.

Sulaeman, 2008. Zero Waste: Prinsip Menciptakan Agro-industri Ramah Lingkungan.http://203.190.36.25/layanan_informasi/pengolahan_hasil_pertanian/zero_waste_dlm_agro-industri.pdf. Akses, 20 Maret 2010.

Supranto. 2001. Kinetika Pengeringan Pelapah Kelapa Sawit. Prosiding Seminar Nasional: Fundamental dan Aplikasi Teknik Kimia 2001. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”. Surabaya, 8 -9 Nopember 2001.

Suprapto.2010. Klaster Industri Sawit Riau. http://riaubisnis.com/index.php/opini-news/50-opini/274-klaster-industri-sawit-riau-. Akses 13 Juni 2009.

Syafila M., A. H. Djajadiningrat, M. Handajani. 2003. Kinerja Bioreaktor Hibrid Anaerob dengan Media Batu untuk Pengolahan Air Buangan yang Mengandung Molase. Prociding ITB Sains & Tek. Vol. 35 A.

Thanh, N.C. 1980. High Organic Wastewater Control and Management In The Tropics, Water Pollution Control Conf. CDG. AIT-ERL, Bangkok.

Umar, S. 2009. Potensi perkebunan kelapa sawit sebagai Pusat pengembangan sapi potong dalam Merevitalisasi dan mengakselerasi Pembangunan peternakan berkelanjutan. USU, Medan.

Vigneswaran, S, 1996. Anaerobic Wastewater treatment-Attached Growth and Sludge Blanket Process. Tenessee, USA.

Widjaja, T., A. Altway, P. Prameswarhi, dan F. S. Wattimena. 2008. Pengaruh HRT dan Beban COD Terhadap Pembentukan Gas Metan pada Proses Anaerobic Digestion Menggunakan Limbah Padat Tepung Tapioka. Institut Teknologi Surabaya, Surabaya.

Willyanto, S. 1999. Pembuatan Pulp Kertas Dari Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) Secara Biokimia-Mekanis. Prosiding Seminar Teknik Kimia Soehadi Reksowardojo 1999: Menuju Perwujudan Industri Proses Dengan Produksi Bersih. Litbang UPPT – PT. Pupuk Kalimantan Timur. ITB, Bandung.

Operasional industri kelapa sawit di Indonesia tak pernah lepas dari masalah lingkungan yang serius terkait limbah cair kelapa sawit atau Palm Oil Mill Effluent (POME).

Pasalnya, jika tidak Anda kelola dengan baik, maka proses pengolahan kelapa sawit akan menghasilkan POME dengan kandungan berbagai zat organik dan kimia yang berpotensi mencemari lingkungan.

Mulai dari air (95%-96%), minyak (0,6%-0,7%), dan padatan sisa-sisa buah sawit yang memiliki nilai BOD (Biochemical Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand) yang sangat tinggi.

Melalui artikel ini, kita akan mengetahui terlebih dahulu dampak limbah cair kelapa sawit bagi lingkungan. Kemudian kita juga akan mengetahui bagaimana cara mengolah limbah kelapa sawit tersebut dengan mesin Reverse Osmosis (RO).

Kerusakan pada Ekosistem Perairan

Peningkatan COD/BOD dalam air dapat mengurangi kemampuan perairan untuk mendukung kehidupan organisme akuatik seperti ikan dan invertebrata, yang pada akhirnya mengganggu keseimbangan ekosistem perairan.

Pencemaran Air dan Udara

Dampak yang paling nyata adalah pencemaran air dan udara. Limbah cair kelapa sawit mengandung banyak zat organik, seperti minyak dan lemak, serta bahan kimia seperti limbah pabrik pengolahan dan pestisida.

Jika tidak diolah dengan benar, maka limbah tersebut dapat mencemari sungai dan danau yang secara tak langsung akan mengurangi kualitas air serta merusak ekosistem air.

Limbah cair tertentu juga dapat menghasilkan gas yang mencemari udara, yang dapat menimbulkan masalah kesehatan bagi manusia dan hewan. Seperti gangguan pernapasan, iritasi mata atau hidung, dan bahkan penyakit paru-paru.

Penyumbatan Sistem Pengolahan

TSS yang tinggi dapat menyebabkan penyumbatan pada sistem filter dan pompa yang digunakan dalam pengolahan air limbah. Penyumbatan ini akan menurunkan efisiensi sistem dan meningkatkan biaya operasional.

FLOWREXDissolved Air Flotation

FLOWREXRotary Drum Screen

Pengolahan WWTP Tinggi TSS pada Industri Palm Oil

TSS (Total Suspended Solids) adalah partikel padat yang terendap dalam air limbah. Dalam industri kelapa sawit, TSS tinggi biasanya berasal dari serat buah sawit, cairan yang terbawa dari proses pengolahan, dan residu dari pengolahan tandan buah segar (TBS). TSS yang tinggi dalam air limbah dapat menyebabkan sejumlah masalah yang signifikan, baik dari segi teknis maupun lingkungan. Berikut dampak dari TSS yang Tinggi:

TSS yang tinggi menyebabkan kekeruhan air, yang mengurangi kualitas air dan mengganggu proses pengolahan limbah cair lainnya. Kekeruhan yang tinggi juga mempengaruhi penerimaan cahaya di dalam badan air, yang pada gilirannya dapat mengganggu kehidupan akuatik.